Prey for the Devil (2022). Prey for the Devil seharusnya diganti namanya menjadi Prey For The Audience, karena setelah menonton snooze fest ini, Anda akan bertanya-tanya mengapa Anda menghabiskan 90 menit dengannya. Ada secercah menjanjikan dari film yang lebih baik di sini, membual beberapa citra cukup degil dan kekerasan, tapi di luar itu ada sangat sedikit di sini untuk menonjol.
Ide-ide seperti kesepian, kesedihan, kerinduan, dan pengampunan telah lama menjadi bahan pokok genre horor, tetapi Prey For The Devil sama sekali tidak melakukan hal baru atau menarik dengan ini, alih-alih membentuk semuanya menjadi tambal sulam biasa-biasa saja.
Cerita berpusat pada Gereja Katolik Roma yang memerangi kebangkitan global kerasukan setan dengan membuka sekolah untuk melatih para imam dalam seni melakukan eksorsisme. Biarawati dilarang melakukan ritual ini, tetapi ketika Pastor Quinn memperhatikan bahwa Suster Ann memiliki bakat khusus untuk melewati orang buangan iblis, dia setuju untuk melatihnya.
Dilemparkan ke garis depan spiritual, Sister Ann menemukan dirinya dalam pertempuran untuk mencoba dan menyelamatkan jiwa seorang gadis muda yang sekarang dirasuki oleh iblis yang sama yang menyiksa ibunya sendiri bertahun-tahun yang lalu.
Di atas kertas, ini adalah premis yang cukup sederhana tetapi Prey For The Devil mengatur “putaran besar” dalam 15 menit pertama film. Untuk mulai dengan Anda akan bertanya-tanya apakah itu ikan haring merah tapi… bukan. Film ini sama sekali tidak cukup pintar untuk benar-benar mengontekstualisasikan ulang atau memberikan tanda palsu tentang apa yang sedang terjadi, alih-alih memutuskan untuk menghabiskan sebagian besar waktunya menjelajahi latar belakang dan pengasuhan Sister Ann, hanya menambahkan bobot lebih lanjut pada apa yang akan Anda selesaikan lebih awal. .
Seperti yang saya katakan sebelumnya, ada sedikit janji; adegan kecil pengusiran setan atau kerasukan setan yang menakutkan yang benar-benar bekerja dengan sangat baik. Sayangnya, hanya ada sedikit di luar itu. Faktanya, dengan pengecualian tiga adegan individu, seluruh film bekerja untuk mencoba dan memberikan sudut pemberdayaan perempuan… dan gagal secara spektakuler.
Satu adegan menunjukkan Sister Ann mengabaikan semua peringatan dan memutuskan untuk melakukan pengusiran setan tanpa restu gereja. Hasilnya menghancurkan. Kami – sebagai penonton – pada dasarnya diperlihatkan bahwa kepatuhan dan mengikuti aturan adalah jalan ke depan, jika tidak maka akan berakhir bencana. Bukan pesan pemberdayaan yang diharapkan Prey For The Devil! Dan faktanya, ini hanya membuat keseluruhan akhir menjadi lebih menggelikan, dengan pepatah lelah “katakan jangan tampilkan”, dilontarkan untuk ukuran yang baik dalam perebutan akhir untuk memberikan gravitas kepada protagonis utama kami yang hambar.
Prey for the Devil, cukup sederhana, bukan film yang bagus. Gagal menjadi horor yang menakutkan, gagal menjadi pesan pemberdayaan untuk karakter wanita yang kuat dan gagal untuk benar-benar memberikan misteri yang baik. Sebaliknya, apa yang kita dapatkan adalah tambal sulam pengaruh duniawi, yang harus disingkirkan dari ingatan secepat mungkin. hermes21.com
